Mendengar kata makam, kebanyakan orang akan terbayang dengan segala hal yang menyeramkan. Jangankan untuk berdiam diri, sekedar lewat pun pasti dengan langkah yang terburu-buru. Kesan angker memang sangat lekat dengan “rumah terakhir” ini, belum lagi ditambah cerita mistis yang kerap menyebar dari mulut ke mulut, turun temurun hingga menjadi mitos.
Tapi kesan tersebut tak berlaku bagi sekelompok tunawisma di kota Surabaya, malah mereka menjadikan makam sebagai tempat bermukim.
Kembang Kuning merupakan komplek pemakaman yang cukup terkenal di Surabaya, tepatnya di sekitar Jalan Diponegoro. Kembang Kuning sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, memang dikhususkan bagi pemakaman orang Belanda beragama Kristen, Yahudi serta orang-orang pribumi yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan kolonial. Total makam berjumlah sekitar 5000.
Karena bangunan makam yang bisa dibilang megah, lengkap dengan atap, bisa dijadikan faktor mengapa pemakaman ini dijadikan pemukiman oleh para tunawisma. Tak sekedar untuk tidur, tapi benar-benar sebagai tempat tinggal lengkap beserta perabotan dan pakaian yang mereka punya.
Di malam hari, suasana bukan menjadi senyap dan seram, melainkan ramai karena tempat ini dijadikan tempat ngopi yang sensasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar